Dengan modal keinginan yang sama khususnya di bidang musik Aria Baron, Thomas Ramdhan, Ronald Fristianto, Dewa Budjana dan Armand Maulana pada tanggal 22 Maret 1994 mendirikan kelompok musik yang diberi nama cukup unik : G I G I .
Kehadiran mereka di blantika musik Indonesia awalnya tidak langsung bersinar begitu saja, padahal kalau dilihat dari penampilan , kemampuan dan pengalaman-nya, mereka dapat dikategorikan sarat sebuah group musik yang harus diperhitungkan kehadirannya.
Album perdana “ ANGAN “ terjual 100.000 copy, sebuah angka penjualan yang sebenarnya cukup lumayan untuk sebuah group baru pada masa itu, apalagi kalau didengar dengan teliti bahwa pada album tersebut warna musik GIGI belum terlihat jelas, mereka masih dalam proses pencarian, mereka masih memainkan musiknya menurut kata hatinya sendiri-sendiri, kebutuhan group pada saat itu dipikirkan dan hasilnya belum seperti yang diharapkan.
Ada angin, publik mulai memperhatikan musik GIGI, menyadari hal tersebut merupakan peluang yang baik, mereka mulai membenahi segala bidang yang dianggap penting dalam berolah musik. Dalam mempersiapkan album kedua konsep musik benar-benar dimatangkan dan disempurnakan dengan mempertimbangkan analisa dan masukan-masukan yang diperoleh pada album pertama. Selain itu untuk lebih memaksimalkan konsentrasi personel GIGI dalam berolah musik, tanpa terganggu hal-hal lain di luar musik, dibentuklah GIGI MANAGEMENT.
Kerja keras dan kesabaran membuahkan hasil yang baik, album kedua “ DUNIA “ yang dirilis tahun 1995 adalah sebuah pembuktian bahwa perjuangan mereka selama setahun tidaklah percuma. Album dengan lagu hit “ Janji “ laku terjual 400.000 copy. Tidak itu saja prestasi yang diperoleh , selain album ini ikut menaikan kembali permintaan akan album pertama, pada acara Indonesia Musik Emas yang diikuti oleh group-group papan atas di Indonesia, GIGI dinobatkan sebagai kelompok musik terbaik. Kondisi ini pula yang memudahkan GIGI MANAGEMENT untuk menggapai target tahunannya.
September 1995 adalah tahun cobaan, pada saat dimana GIGI sedang tegar berkibar di atas, Aria Baron meninggalkan GIGI, pasalnya ingin melanjutkan sekolahnya di Amerika. Akhirnya dilepaslah Baron dan GIGI tetap berjalan dengan komitmen tidak juga menambah personil pengganti ( walau banyak guitarist yang mau audisi). kondisi seperti ini ternyata tidak membuat masalah berarti. Terbukti pada April 1996 saat GIGI me-rilis album ketiganya yang berjudul “ 3/4 “ masih banyak yang menyukainya. Album dengan lagu hit “ O O Oo Oo O “ ini laku terjual sama dengan album kedua kurang lebih hampir 400.000 copy. Sedangkan prestasi tahun 1996 yang diperoleh GIGI adalah sebagai kelompok musik paling bersinar 1996, Group Band terlaris 1996, dari Data management 48 kali show yang ditargetkan dapat tercapai 59 show, satu di antaranya di Amerika.
GIGI 1994 - 1996
Lagi-lagi cobaan, semua masalah yang ada di tahun 1995 dapat terselesaikan datang lagi ditahun 1996, Thomas Ramdhan pada Mei 1996 mengundurkan diri disusul Ronald Fristianto pada November 1996. Bukan saja management yang menyesalkan permasalahan ini terjadi tapi masyarakat musik pun demikian adanya. Akhirnya apa boleh dikata demi memberikan pertanggunganjawaban atas kewajibannya, GIGI (yang personelnya tinggal Dewa Budjana dan Armand Maulana saja) didukung sepenuhnya oleh Management memutuskan untuk tetap berjalan dan mencari pemain pengganti. Pilihannya adalah Opet Alatas ( Bass ) dan Budhy Haryono ( drum ).
GIGI 1996 - 1997
Tahun 1997 adalah tahun serba baru bagi GIGI. Selain dua pemain baru dan konsep musik baru, perusahaan rekamannya pun baru. Sebenarnya kondisi lain yang diharapkan harusnya baru juga, ternyata tidak begitu, Album yang diberi nama “ 2 X 2 “ yang dapat dikatakan album tereksklusif GIGI tersebut yang proses pengambilan suaranya di lakukan di Indonesia dan Amerika, proses penyempurnaan keseluruhan ( Mixing dan Mastering ) di lakukan sepenuhnya di Amerika kurang dipromosikan secara maksimal, akibatnya album yang bekerjasama dengan Musisi Dunia seperti Billy Sheehan ( Bassist Mr. BIG ), Harry Kim dan Arturo Velasco ( Phil Collins Brass Sections ), Eric Marienthal ( Saxophone Solo ) hasil yang diharapkan tidak seperti yang ditargetkan. Untung ada Program tour 100 Kota dari Management GIGI yang paling tidak membantu meningkatkan penjualan kaset.
Tahun 1998, adalah tahun pembuktian bagi GIGI. Konsep musik yang sempat sedikit berubah akibat penyesuaian dengan personel yang baru, sekarang kembali seperti cirinya sediakala. Pindah perusahaan rekaman ke Sony Music Indonesia adalah pilihan yang tepat. 19 Juni 1998, sepulangnya GIGI show di Malaysia , album “ KILAS BALIK “ di lempar kepasar. Tidak diduga hasilnya, dengan kerjasama yang baik antara Management GIGI dan Sony Music Indonesia mengemas promosi album, tingkat penjualan kasetnya terhitung laku keras. Tidak saja di Jakarta atau di Pulau Jawa, dipulau lainnya pun penjualan kaset GIGI menjadi best seller untuk beberapa periode mingguan. Sedangkan hits lagu “ Terbang “ duduk ditangga lagu terbaik radio di Indonesia tidak kurang dari 9 minggu, belum lagi lagu lainnya seperti “ Dimanakah kau berada “ dan “ Rindukan Damai “. Penjualan kaset dan CDnya mencapai angka 300.000. Prestasi lain yang diperoleh ditahun 1998 pun sangat menggembirakan seperti di Anugerah Musik Indonesia, GIGI menggondol beberapa katagori seperti Group Terbaik, Penyanyi Terbaik, Lagu Terbaik dan Nominasi Cover Kaset Terbaik. Sedangkan dari media cetak GIGI dinobatkan sebagai group pop rock terbaik 1998 dan group paling bersinar 1998. Yang paling menggembirakan bagi GIGI di kondisi ekonomi Indonesia yang sedang parah begini target management untuk mencapai 48 kegiatan/show dalam satu tahun ( terhitung Juni 1998 ) sudah terlampaui di akhir tahun 1998 dengan 68 kegiatan/show.
GIGI tetap gigih dalam ber- Cita, menyelesaikan Cipta untuk mendapatkan Citra. Karena hal itu GIGI yang terdiri dari Armand Maulana ( Vocal ), Budhy Haryono ( Drum ), Dewa Budjana ( Guitar ) dan Opet Alatas ( Bass ) akan selalu berusaha melakukan terobosan baru dalam bermusik.
Tahun 1999, adalah tahun yang cukup suram bagi dunia musik Indonesia. Dalam kondisi perekonomian yang dilanda krisis berkepanjangan sangat mempengaruhi aktivitas dan kehidupan bermusik. Bursa kaset, aktivitas show, aktivitas rekaman terasa ikut lesu darah. Ditambah dengan suhu politik yang kian meninggi menjelang pemilu tahun ini, menimbulkan bermacam prediksi dan ketidakpastian tentang kondisi pasca pemilu. Demikian pula yang terjadi pada dunia musik. Banyak proyek-proyek rekaman tertunda menunggu perkembangan politik dan ekonomi Indonesia.
Di tengah ketidakpastian dan kesemrawutan itulah GIGI tetap bertahan dan tetap terus berkarya. Bahkan suasana muthakhir negeri tercinta ini terekspresikan dalam salah satu karya GIGI terbaru yang berjudul “1999,,,,Menangis”.
GIGI 1997 - 1999
Bersamaan dengan HUTnya yang ke 5 bulan April 1999 yang ditandai dengan konser tunggal GIGI di Gedung Kesenian Jakarta yang bertajuk “Konser Balas Budi”, diluncurkan pula album ke 6 GIGI yang berjudul “BAIK” . Ada yang istimewa di album keenam ini. “Si anak hilang” THOMAS RAMDHAN kembali memperkuat jajaran formasi GIGI yang posisinya di tiga tahun kemarin diisi oleh Opet Alatas. Dan GIGI seakan menemukan kembali komponennya yang sempat hilang, yang membuat formulasi komposisi-komposisi GIGI kian kokoh saja. Dengan hits andalan “Hinakah” Album GIGI – BAIK menginjak bulan kedua sudah mencapai penjualan 60.000 keping meskipun belum ditunjang dengan promosi penayangan video klipnya yang eksklusif (dikarenakan kapling acara di media televisi saat itu didominasi oleh kampanye-kampanye parpol dan talk show bernuansa politik yang memang ratingnya sedang tinggi). Dan….. Armand Maulana, Budhy Haryono, Dewa Budjana dan Thomas Ramdhan tetap berkeyakinan bahwa bagaimanapun keadaannya, apapun cobaan dan rintangannya, dengan segenap kepiawaiannya berolah musik GIGI akan tetap menggigit di sanubari penggemarnya dan masyarakat pada umumnya. Di tahun 1999 itu pula GIGI mengukir sejarah dalam karier musiknya dengan menggelar konser tunggal yang di beri nama “Konser Balas Budi” di Gedung Kesenian Jakarta dengan melibatkan puluhan pemain orkestra dalam konsernya itu.
Konser ini merupakan ekspresi balas budi GIGI untuk semua pihak yang turut membantu suksesnya GIGI.
Selain ditayangkan secara langsung dalam acara ekslusif oleh Indosiar, konser ini juga direkam secara live dan album live tersebut dirilis pada pertengahan tahun 2000 dengan judul “GIGI GREATEST HITS LIVE IN CONCERT”
Tahun 2000, selain album “GIGI GREATEST HITS LIVE IN CONCERT” yang dirilis oleh Sony Music Indonesia, Sony Music Malaysia merilis pula ALBUM GIGI yang merupakan kompilasi dari album “KILAS BALIK” dan album “BAIK”.
Agenda konser GIGI tahun 2000 ini cukup padat. Totalnya adalah 86 konser, termasuk di dalamnya adalah konser di Malaysia, Brunei dan Jepang.
Tahun 2001 GIGI merilis Album ketujuh, yang berjudul “Untuk Semua Umur” dengan lagu andalan antara lain “Jomblo”, “Diva”. Album ini juga dirilis di Malaysia dengan label Sony Music Malaysia.
Hal lain yang patut dicatat adalah di antara deretan agenda konser GIGI sepanjang tahun 2001 ada 3 buah konser yang digelar di manca negara yaitu: California-USA, Tokyo-Jepang dan Malaysia.
Tahun 2002, sewindu sudah grup musik GIGI genap berkarya semenjak terbentuk 22 April 1994 silam. Berkarya lewat lagu, GIGI mempunyai rona sendiri yang menghiasi raut wajah musik tanah air. Berbagai aliran musik terolah baik lewat para personilnya yang sempat bongkar pasang sejak kemunculannya hingga terakhir GIGI didiami Armand Maulana (vokal), Dewa Budjana (Gitar) Thomas Ramdhan (Bass), dan Budhy Haryono (drummer). Dari para personil berlatar belakang musik berbeda itulah GIGI mampu menyajikan musik berkualitas nan kaya. Jadi jangan heran kalau mereka piawai memainkan musik-musik ngepop-rock sampai beat jazz yang kadang ikut mengisi, atau eksperimen musik lainnya.
Di usia 8 tahun pulalah GIGI kembali mencetak album yang berisikan lagu-lagu hits yang pernah dilambungkan sekaligus melambungkan nama mereka sebagai salah satu grup musik besar Indonesia. Lagu-lagu seperti Angan, Kuingin (Angan - 1994), Janji, Yang T'lah Berlalu/Nirwana (Dunia-1995), Oo….Oo….Oo…., Damainya Cinta (3/4), Terbang, Rindukan Damai (Kilas Balik-1998), Hinakah (Baik-1999), Jomblo (Semua Umur- 2001) masih sangat akrab di telinga kita. Dengan lirik puitis dan irama yang mudah diingat tak pelak lagi, hit-hit GIGI sering terputar di banyak stasiun radio dan begitu juga klip-klipnya.
Album THE BEST OF GIGI yang dirilis pada bulan Juni 2002 ini memuat 14 lagu dimana dua diataranya adalah dua lagu baru yang belum pernah dirilis sebelumnya, yaitu Andai dan Jalan Di Bulan. Kedua lagu ini mempunyai basic track musik yang sama, yaitu dari akustik, yang mengingatkan kembali para penggemar GIGI akan lagu-lagunya yang catchy dan easy listening. Lagu Andai yang ciptakan pada periode Januari - Februari 2002 ini didaulat menjadi lagu unggulan di album ini. Ada cerita menarik dari penggarapannya. Waktu itu sempat terjadi perdebatan alot antar personil mengenai liriknya. Armand yang menggarap lirik ini sempat membuat 3 versi lirik, dan akhirnya pilihan jatuh pada versi terakhir dimana lirik itu sesuai dengan melodi dan nuansa lagunya. Isinya sendiri menceritakan tentang seorang pria yang meninggalkan selingkuhannya untuk dijadikan pilihan kedua. Video klip lagu Andai ini cukup unik, dimana tampil 'model dadakan seperti Sheila On 7, Andy (/rif), Yuke (The Groove), dan masih banyak lagi.
Untuk lagu Jalan Di Bulan, GIGI menggarapnya saat promo ke Malaysia. Lagu ini menceritakan tentang bagaimana perasaan orang jatuh cinta itu, yang melayang serasa dibulan.
Lantas bagaimana pendapat GIGI sendiri mengenai album THE BEST OF GIGI ini.
'Album ini adalah persembahan terbaik dari GIGI. Dimana pilihan lagunya tidak terbatas pada lagu-lagu yang telah hit saja, tetapi juga lagu-lagu lain yang bisa disebut sebagai 'lagu eksperimen', seperti lagu Bumi Meringis dan Rindukan Damai,'kata Armand mewakili teman-temannya.
Dan Alhamdulillah album The best of GIGI saat ini telah meraih Double Platium Awards dari Sony Music, dan itu berarti penjualan albumnya telah melampaui 300.000 keping.
GIGI 1999 - 2003
Salam Kedelapan
Inilah cara GIGI berucap salam kepada dunia dengan melemparkan album terbarunya, Salam Kedelapan. Tahun 2003 berarti tahun kesembilan bagi band bernama sederhana ini. Lho tapi kenapa judulnya Salam Kedelapan? "Ya karena ini adalah album ke-8, dan kebetulan proses rekaman dan penciptaannya telah usai di tahun 2002 kemarin pas GIGI masih berusia 8 tahun," ucap Armand sang vokalis yang rajin menulis lirik buat GIGI.
Selama tiga minggu GIGI ngendon di studio mereka menggodok materi album berikut proses mixing. Materi sebenarnya banyak tercipta di luar studio, seperti inspirasi lirik yang tiba-tiba datang ketika terkena macet atau inspirasi lagu ketika di tengah-tengah tur. Hasilnya genap sepuluh lagu mengisi album ini.
Dari segi musik GIGI merasa Salam Kedelapan cerminan dari kondisi mereka yang sedang santai hasil istirahat selama 6 bulan yang ternyata berguna sekali dalam mengendurkan tekanan. Begitu santai, ide-ide positif yang terbenam bisa muncul begitu saja. Tambahan lagi GIGI baru pertama kali ini berkesempatan berkolaborasi dengan sound engineer Stephan Santoso.
"Permainan lepas kita berempat ketemu dengan ide-ide baru Stephan membuat nuansa segar banyak tertuang di materi album terbaru kita ini. Dari segi teknik, album ini memang terlihat musik GIGI banyak mengalami hal baru, salah satunya adalah kolaborasi GIGI dengan Stephan. Satu hal lagi yang menonjol di sini tampilnya barisan lirik yang lebih lugas dan positif dan olah vokal yang tidak terlalu banyak improvisasi," ujar Armand melengkapi.
Alhasil album ini penuh dengan warna-warni GIGI yang mungkin bakal sedikit mengejutkan, tapi tentunya menyegarkan. Simak saja lagu pembuka album ini berjudul Terima Saja. Gebukan drumnya dari awal lagu sampai penutup asyik banget, ditambah teriakan nanananana, Hoy…nanananana, Hoy… yang lumayan bikin kaget tapi seru. Kebayang kan kalau lagu ini dibawakan langsung oleh GIGI. "Kadang dalam menulis lagu, kita memikirkan bagaimana lagu ini akan dibawakan langsung nanti. Mengingat kita menyukai aksi panggung yang memang benar-benar bisa main lepas di depan penikmat lagu GIGI dengan segala atraksi dan improvisasi. Belum lagi dengan bernyanyi seperti ini kita bisa lebih berinteraksi dengan penonton yang ada. Ini kan menarik dan membuat kita tambah semangat," tegas Armand lagi.
Tembang kedua GIGI melaju lambat dalam Perihal Cinta. Temanya apalagi kalau bukan cinta. Lagu yang liriknya digodok lewat sms antara Armand dan Thomas ini jadi lagu unggulan yang sudah banyak terdengar di radio-radio tanah air. Dan sudah juga merajai banyak tangga lagu kita. Untuk video klipnya, Dimas Djayadingrat menyiapkan suatu konsep footage- dari dokumentasi perjalanan GIGI di Jakarta-Bandung dengan model klipnya, Nirina. Untuk tembang lembut lainnya ada Jatuh Padamu. Dari judulnya lagi-lagi sudah bisa ditebak temanya apa. Dan lagi-lagi untuk liriknya adalah hasil rembukan duet Armand-Thomas.
Selebihnya GIGI lebih sering memainkan tempo yang medium dan lebih cepat seperti Kucari Yang Kau Mau, Salam, Wanita, Untukmu Teman, Ketakpastian, Rahasiaku dan Akhir Cerita. Mereka juga banyak bermain dalam irama dan lirik lagu yang lebih ceplas-ceplos. Seperti keunikan komposisi gagah berjudul Rahasiaku yang menceritakan kesombongan seorang laki-laki atas kejantanannya.
Secara keseluruhan album terbaru GIGI ini melaju dengan tempo sedang yang rancak. Entah itu dari sound drum, akustik dan distorsi gitarnya atau sound bass yang kalau dipadu memang segar di telinga. Memaksimalkan energi empat sekawan ini dalam tuangan satu album.
Masa rehat GIGI telah usai sejak merilis album The Best of GIGI. Kini mereka kembali dengan sikap santai yang berbuah positif. Kita sambut saja salam GIGI ini lewat Salam Kedelapan.
Original Soundtrack Brownies
Tahun 2004, GIGI kembali ‘dihantui’ dengan trauma ‘bongkar-pasang’ personel. Dalam masa penggarapan album Original Sound Track (OST) Brownies Budhy Haryono karena satu dan lain hal tidak dapat ikut aktif di studio rekaman. Karena album ini harus segera selesai seiring dengan akan dirilisnya film Beownies, atas referensi dari Budhy dan kesepakatan personel GIGI lainnya dilibatkanlah Hendy sebagai additional player menggantikan posisi Budhy Haryono.
Album OST Brownies (yang termasuk album paling dinanti di tahun 2004 versi majalah Hai No.32 TH. XXVIII) ini diramu dengan takaran 5 lagu baru, 3 lagu aransemen ulang dan 2 lagu yang dicomot dari album-album GIGI sebelumnya. Hasilnya, sebuah pop yang manis, semanis mencicipi lezatnya BROWNIES.
Album dengan resep pop manis ditaburi lirik yang easy listening ini, hadir sebagai album soundtrack film layar lebar dengan judul yang sama, BROWNIES. Film komedi romantik garapan sutradara Hanung Bramantyo ini dibintangi oleh Marcella Zallianty, Phillip, VJ Arie MTV dan Bucek. Alur ceritanya sendiri mengisahkan tentang seorang gadis kosmopolit yang sedang mencari arti sebuah cinta sejati.
GIGI diberi kepercayaan penuh oleh SINEMART, rumah produksi yang menggarap film layar lebar ini, untuk membuat soundtrack nya. Inilah yang membuat GIGI tidak kehilangan warna walaupun GIGI harus tetap berpatokan dengan skenario film Brownies tersebut. Proses pembuatan lagu-lagu baru di album ini pun cukup sederhana. Sembari membayangkan adegan per adegan yang akan muncul, GIGI duduk bersama menggelar workshop sambil memainkan gitar ‘kopong’ dan terciptalah 5 lagu baru yang lebih segar.
Kehadiran Hendy yang menggantikan posisi Budhy sangat berperan dialbum ini. Hendy diberi kebebasan bermain sesuai dengan style-nya dan selalu dimintai pendapatnya dalam mengaransemen sebuah lagu. Additional drummer yang memiliki nama lengkap Gusti Erhandy ini, pernah bekerja bareng dengan Erwin Gutawa Orchestra untuk konser-konser Chrisye dan Krisdayanti.
Bisa Saja adalah single yang dipilih untuk menjadi single pembuka album ini. Lagu yang berirama pop-funky ini kental dengan suasan yang segar, liriknya bercerita sesuai dengan kisah dari film Brownies. Kemudian ada sebuah lagu paten yang mengandalkan dentingan gitar akuistik Budjana. Lagu tersebut dihadirkan pada sebuah lagu yang berjudul Cinta Terakhir. Lagu-lagu baru lainnya yang ada di album ini pun tidak kalah asik untuk dinikmati. Termasuk 3 lagu lawas yang diaransemen ulang.
Ketiga lagu yang diaransemen ulang tersebut semakin enak disimak dan benar-benar jauh berbeda dari versi awalnya. Simak saja lagu Jatuh Padamu, yang diambil dari album SALAM KEDELAPAN (2003). Dilagu ini, GIGI tampil mempersembahkan Indra Lesmana pada Rhodes. Hasilnya, sebuah lagu yang melankolis. Lagu Selamat Datang Asmara pun tak tanggung-tanggung diaransemen ulang. GIGI merombak lagu yang dialbum asalnya, UNTUK SEMUA UMUR (2001), tampil dalam format full band, disini tampil dengan format akuistik. Dan lagu Tanpamu Sepi dari album BAIK (1999), juga dipilih untuk masuk dalam album ini. Lagu ini menjadi lebih nge-beat dan semakin enak disimak.
Album ini sebagai pemanasan sebelum menyaksikan film layar lebarnya yang rencananya akan diputar dijaringan bioskop 21 bulan Januari tahun depan. Film yang tentunya bakalan ditunggu-tunggu, karna perpaduan antara cerita komedi romantis dengan musik GIGI yang ringan. Takaran yang sempurna ini, diyakini membuat Brownies ini semakin lembut sekaligus legit dan membawa GIGI Kita tersenyum penuh cinta tatkala mendengarkan dan menyaksikan BROWNIES.
Raihlah Kemenangan
Apa jadinya kalau lagu-lagu rohani Islam yang syahdu seperti Tuhan-nya Bimbo, di ‘acak-acak’ sama GIGI.Bakal menuai pro dan kontra kah?
Tepat dua hari menjelang Ramadhan tahun 2004 ini GIGI meluncurkan album berjudul RAIHLAH KEMENANGAN, sebuah album religi yang mengangkat lagu-lagu rohani legendaris plus lagu karya GIGI sendiri. Apa sih yang mendorong mereka merilis album ini.
Konsep album ini sudah dirumuskan sejak satu tahun yang lalu. Berangkat dari keprihatinan GIGI atas kurangnya apresiasi anak-anak jaman sekarang terhadap seni bernafaskan islami.
"Pernah gue bawain salah satu lagu islami Bimbo di depan keponakan yang masih ABG, dan komentarnya, kok bawain lagu cupu (tua) begitu sih," cerita Armand.
Dari pengalaman itu dia menyimpulkan bahwa anak-anak zaman sekarang mungkin kurang mengenal musik-musik islami karena seleranya kurang pas dengan mereka. Jadi kenapa musik dan aransemennya tidak dibuat mendekati selera mereka, sehingga jika mereka suka, akan menyanyikan dan syukur-syukur dapat menghayati makna lirik yang tergantung didalamnya.
Proses pembuatan album sendiri tidak mengalami kendala yang berarti. Dewa Budjana yang notabene bukan muslim mendukung sepenuhnya, karena apa yang mereka kerjakan ini toh juga bisa diatasnamakan sebagai apresiasi seni.
Akhirnya terkumpulah 10 lagu yang dikemas dalam album bertajuk Raihlah Kemenangan. Delapan lagu diambil dari lagu-lagu islami yang selama ini memang sudah sangat familiar. Sebutlah lagu seperti Tuhan (Sam Bimbo), Rindu Rasul (Sam Bimbo, Taufik Ismail), Ketika Tangan dan Kaki Berkata (Chrisye, Taufik Ismail). GIGI sendiri membawakan dua lagu ciptaan sendiri yaitu Hilang dan Karunia-Mu. "Lagu Hilang dari album GIGI ¾ yang diaransemen ulang. Kebetulan liriknya tentang ketuhanan. Sedangkan lagu Karunia-Mu, ciptaan Thomas, sebenarnya adalah materi untuk materi album ke-9, karena liriknya juga tentang ketuhanan jadi cocok untuk dimasukkan di album ini," jelas Armand.
ROCK HABIS
Jangan kaget jika mendapati lagu–lagu di album ini beda dari pakem kebanyakan lagu islami. Pokoknya ngerock habis. Lagu Tuhan yang aslinya syahdu dan mendayu, digubah habis menjadi ngerock ala GIGI, dengan adanya tarikan gitar distorsi dan isian brass section. Mantap dan berisi. Tak salah lagi jika lagu yang selalu menjadi anthem pada setiap bulan Ramadhan ini dipilih sebagai hit jagoan. Pada lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata, GIGI menyuguhkannya dengan style rock yang digabung dengan isian rap. Hasilnya, sungguh menggetarkan! Pada lagu Lailatul Qadar, kocokan gitar dan drum digeber dengan tempo cepat, dengan loop – loop yang membalut lengkingan vokal Armand.
Tidak semua lagi diusung dengan style rock. Dalam lagu Keagungan Tuhan yang aslinya memang bertempo pelan, dibawakan secara simple dengan petikan gitar yang ritmis. Sementara sebagai penutup, dipilihlah Raihlah Kemenangan, lagu berimama mid tempo dengan alunan gema takbir yang bersahut-sahutan.
Dengan segenap musik yang diaransemen sedemikian rupa ini GIGI berharap bisa masuk ke selera penggemar muda. Kalaupun ada yang kontra terhadap karya ini adalah sah- sah saja. Yang pasti musik adalah bagian dari seni, dan siapa saja berhak untuk menginterpretasikan. Yang penting esensi dari lagu-lagu yang ada di album ini tidak berkurang kadarnya.
Untuk mendukung album ini, GIGI siap menggeber tur ke lebih dari 15 kota di Jabotabek, Jabar, dan Jateng dalam tur bertajuk MUSIK NGABUBURIT DAN GEMA RAMADHAN. Konser yang digelar menjelang buka puasa ini akan diisi juga dengan Dai kondang Gito Rollies dan Sujiwo Tedjo. Semoga apa yang telah diupayakan GIGI ini bisa diterima oleh masyarakat sebagai sarana hiburan yang positif. Amien.
Dan………setelah penggarapan dua album serta puluhan konser di paruh tahun 2004, ‘kebersamaan’ Hendy di GIGI sebagai additional player akhirnya resmi diproklamirkan sebagai drummer GIGI.
Raihlah Kemenangan (Repackage)
Setelah sukses dengan album rohani RAIHLAH KEMENANGAN yang dirilis tahun lalu, kini GIGI mengemas ulang album itu. Kali ini Armand (vokal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Hendy (drum) menambahkan dua buah lagu daur ulang, yaitu Perdamaian dan I’Tiraf. Jadilah album RAIHLAH KEMENANGAN REPACKGE yang diluncurkan tepat pada 19 September 2005.
Alasan apa yang mendasari GIGI mengemas album repackage tersebut ?
“Pihak label (SONY BMG) lah yang meminta kita untuk merilis setelah melihat kesuksesan dari penjualan album Raihlah Kemenangan. Waktu itu ada 4 lagu yang disodorkan, dan kami pilih lagu Perdamaian dan I’tiraf. Kami menggarapnya sekitar empat hari, tepatnya sebelum kami berangkat ke Amerika untuk menggelar “GIGI East Coast America Tour 2005,” tutur Armand.
Kenapa pilihan jatuh di dua lagu itu ?
“Lagu Perdamaian tuh legend banget diantara lagu-lagu marawis atau qasidah-an. Dan liriknya sangat cocok dengan kondisi dunia khususnya bangsa Indonesia saat ini. Ada peledakan bom di Bali , kondisi Aceh yang belum sepenuhnya pulih, dan banyak lagi,” jelasnya lagi.
Lagu Perdamaian ciptaan Drs. H. Abu Ali Haidar yang versi aslinya sarat dengan irama marawis itu dibesut menjadi sangat rock ultra modern khas GIGI namun tanpa kehilangan jati diri lagu itu.
Adapun lagu I’Tiraf, tembang rakyat karya Abu Nawas, sesuai dengan warna musik aslinya yang bertempo lambat, dibawakan oleh GIGI dengan sangat syahdu, dengan variasi up beat tempo pada interlude.
Terjunnya GIGI dalam ranah musik religius ini menjadi terobosan sukses mereka. Ini dimulai dari album RAIHLAH KEMENANGAN yang diirilis dua hari menjelang Ramadhan 2004. Publik dibuat geger mendengar lagu Tuhan (Sam Bimbo) yang mendayu dibesut menjadi sangat nge-rock. Demikian juga dengan lagu Rindu Rasul (Sam Bimbo, Taufik Ismail), Ketika Tangan dan Kaki Berkata (Chrisye, Taufik Ismail). Dan ternyata terobosan itu mendapat tempat di masyarakat pencinta musik tanah air terutama anak-anak muda. Misi GIGI untuk mengenalkan musik bernafaskan islami dengan style dan aransemen selera anak muda mengena. Terbukti dalam setiap konser Ramadhan selalu dipenuhi para penggemar GIGI yang hapal hampir semua lagu-lagu yang dibawakan.
Harapan GIGI persembahan RAIHLAH KEMENANGAN REPACKAGE ini pun dapat diterima seperti album sebelumnya. Semoga bisa masuk ke telinga dan hati penggemar GIGI semua. Amien.
Untuk mendukung album ini, GIGI siap menggeber RAMADHAN TOUR ke lebih dari 20 kota di Jabotabek, Jabar, dan Jateng. Sebagai kick off, mereka menggeber pertunjukan pada 4 Oktober 2005 di Teater Tanah Air - Taman Mini Indonesia Indah pukul 8 malam. Mereka juga menggelar pertunjukan ke sejumlah pesantren dan berkolaboraso dengan anak-anak pesantren setempat.
Next Chapter
22 Maret 2006 GIGI tepat memasuki angka 12 tahun. Sebuah perjalanan yang panjang bagi sebuah band yang pernah mengalami pasang surut di Industri musik. Bagaimana mereka mulai tumbuh, menjadi besar, mengalami konflik internal yang berujung pada pergantian personil, mengalami masa-masa saat menjadi rock star, hingga matang dalam kedewasaan.
Tepat di usia 12 tahun, mereka merilis album baru sebagai bingkisan khusus untuk para GIGIKITA (sebutan buat para penggemar GIGI). Album bertajuk NEXT CHAPTER, mengemas 11 tembang yang dibesut dalam konsep musik yang easy listening dalam bangun harmoni minimalis. Suatu kejutan bagi para penikmat musik GIGI manakala mereka biasanya mendapati musik GIGI yang kental dengan eksplorasi sound rock kini ditampilkan lebih rileks dan seperti ajakan ‘ayo kita menikmati musik tanpa harus berpikir.’
Apakah GIGI memang berniat meninggalkan pakem musik yang selama ini teguh mereka pegang?
Baik Armand Maulana (vocal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Gusti Hendy (drum), sepakat mengakui memang album terbaru ini lain daripada album-album sebelumnya. Menurut mereka proses pembuatan materi album ini benar-benar dikerjakan dalam suasana yang santai dan rentang waktu yang cukup panjang. Mulai digarap sebelum dirilisnya album Raihlah Kemenangan Repackage, kemudian sempat break karena tur ke Amerika, hingga digarap secara intens pada sebulan terakhir sebelum dirilis.
Suasana yang santai berpengaruh pada proses kreatifnya, sehingga tak ayal membuahkan karya yang terkesan lebih rileks.
“Kita tidak mematok lagu ini musti begini atau begitu, tapi begitu diolah di studio hasilnya memang punya rasa yang sama yaitu mood yang santai, “jelas Budjana.
Thomas juga sependapat. Menurut pembetot bass ini beberapa lagu dasar memang upbeat dan nge-rock, tetapi begitu digarap lagi, ujung-ujungnya beatnya medium.
Apapun hasilnya, yang pasti album ini adalah murni pencapaian GIGI saat ini yang apa adanya. Walaupun album ini kesannya santai, proses penggarapannya tetap sesuai prosedur GIGI. Hasilnya, baik sound maupun aransemen tetap terjaga kerapihannya. Bahkan keselarasan rhythm section-nya pun lebih mantap di album ini. Menurut Thomas, baik dirinya maupun Hendy sebagai pemegang rhythm sangat komunikatif. Proses ‘pacaran’ yang dimulai sejak masuknya Hendy di album OST. Brownies telah sampai pada tahap mengerti satu sama lain. Hasilnya, saat penggarapan album pun relatif mudah dan ‘hidup.’
DARI TEMA CINTA HINGGA SOSIAL
Tema cinta tetap kental di album ini, yang diungkapkan secara lugas dan apa adanya. Misalnya dalam lagu Kepastian Yang Kutunggu, yang menjadi hit unggulan, bertutur tentang kegundahan seseorang yang sedang menunggu kepastian cinta. Selain itu adalah tema sosial, yaitu kepedulian GIGI akan nasib bangsa yang diungkapkan dalam dua lagu yaitu Indonesia dan Satu.
MAKNA 12 TAHUN
Bagi GIGI memaknai angka 12 tahun tidaklah muluk. Bagi mereka masih bisa tetap bermain musik, tetap dalam satu visi dan energi yang sama, adalah pencapaian yang luar biasa.
Pintu Sorga
Sungguh suatu kenikmatan manakala kita masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci Ramadhan 1427 H. Bagi kelompok band GIGI, kesempatan itu tidak mereka sia-siakan. Saatnyalah GIGI kembali melakukan syiar Islami dengan cara mereka sendiri. Ya, menyambut Ramadhan, GIGI merilis album rohani terbarunya berjudul PINTU SORGA. Ini adalah kali ketiga GIGI berkecimpung dalam ranah musik Islami setelah sebelumnya sukses merilis album Raihlah Kemenangan (2004) dan Raihlah Kemenangan Repackage (2005).
PINTU SORGA menampilkan 10 tembang rohani Islam dimana kebanyakan isinya adalah lagu Islami populer yang musiknya diaransemen ulang secara segar oleh GIGI dengan nafas pop, rock, hingga punk dan new wave.
Single yang dijagokan adalah PINTU SORGA. Lagu tradisional yang aslinya berasal dari Syria ini dibesut secara full rock dengan menggamit pujangga Taufiq Ismail sebagai penulis lirik lagu. Taufiq Ismail dengan kepiawaiannya merangkai lirik-lirik puitis, menuturkan mengenai anak manusia yang berusaha untuk menggapai pintu sorga, mencari keridhaan Allah SWT.
Dari sisi musikalitas, GIGI tampil secara variatif. Simak saja dalam Sajadah Panjang. Lagu yang versi aslinya dinyanyikan oleh Bimbo dengan syahdu tersebut dibesut dengan hentakan modern rock. Atau dalam lagu Sahur Tiba, karya AT. Mahmud, yang menampilkan secara unik paduan suara Gigikita (penggemar GIGI) dan deretan pemain brass section. Sedangkan pada lagu Damai Bersamamu, GIGI tampil dengan menyuguhkan bintang tamu Andi Rianto pada piano. Dari sepuluh tembang yang ada, dua diantaranya adalah lagu karya GIGI sendiri. Yaitu Kehendak-Mu, yang sebelumnya masuk dalam album kompilasi KITA UNTUK MEREKA. Serta lagu berjudul Dosa Ini, dimana musiknya diciptakan oleh Dewa Budjana, dan lirik digarap oleh Armand.
Dilihat dari isi materi lagu yang kuat, album PINTU SORGA ini diharapkan dapat meraih kesuksesan seperti di album Raihlah Kemenangan. Dan yang lebih penting lagi, menjadi sarana syiar alternatif untuk anak-anak muda Indonesia.
PEACE, LOVE ‘N RESPECT
Musik adalah pengikat kebersamaan kami. Kami hidup untuk musik dan musik pulalah yang menghidupi kami. Sampai kapanpun kami akan terus mempunyai passion di musik. Inilah resep yang membuat kita bertahan hingga tiga belas tahun. (Armand Maulana – vokalis GIGI).
Di usia ketigabelas ini GIGI kembali berkarya lewat album berjudul PEACE, LOVE ‘N RESPECT, yang sebenarnya merupakan kalimat ikon GIGI yang selalu diucapkan mereka dari tahun 1995 dan baru sekarang akhirnya kalimat tersebut dijadikan title album. Berbeda dari album-album sebelumnya, kali ini Armand Maulana (vocal), Dewa Budjana (gitar), Thomas Ramdhan (bass), dan Gusti Hendy (drum), mengemasnya dengan format akustik (unplugged).
“Ide membuat akustik album sebenarnya sudah muncul sejak lima tahun lalu. Kebetulan GIGIKITA (penggemar GIGI) juga banyak meminta kita membuat format seperti itu. Dan ini adalah album yang belum pernah dibuat oleh GIGI selama 13 tahun berada di musik Indonesia” jelas Armand.
BUTUH KREATIVITAS TINGGI
Kalau sebelumnya GIGI membuat format akustik untuk satu lagu dalam satu album, kini mereka harus membuat untuk satu album full. Di telinga awam, akustik itu identik dengan musik genjrang genjreng belaka. Padahal kemasan akustik itu menuntut detail dan kreativitas dalam membuat aransemen dan sound sehingga satu lagu dengan lagu yang lain tidak sama. Jadi tidak terbayang bagaimana seru dan stress-nya mereka mengulik lagu di studio (kabarnya GIGI khusus dibuatkan studio baru oleh Pos Entertainment, managemen yang membawahi mereka, sehingga mereka konsen menggarap album). Hendy sang penggebuk drum mengaku butuh waktu 14 jam take rekaman untuk dapat sound yang pas. Sementara Budjana harus bereksplorasi dengan hanya berbekal gitar string dan nylon. Atau Thomas yang harus menyesuaikan agar line bass-nya selaras dengan gebukan drum. Sedangkan Armand yang mengisi vokal ditantang menghasilkan suara sebersih mungkin tanpa sound effect pada suaranya kecuali reverb dan delay.
NAKAL
Jangan kaget jika mendengar lagu NAKAL yang digeber sebagai single pertama. Lagu ini sarat dengan eksplorasi kejahilan masing-masing personil GIGI dalam bermusik dan iramanya sedikit keluar dari pakem musik GIGI. Lagu ini dibuat secara tidak sengaja saat GIGI menunggu grup band /rif menggelar general reherseal untuk sebuah pementasan bareng. Awalnya lagu ini bercerita tentang pemanasan global, tetapi setelah hasil listening session bersama orang – orang di kantor Pos Entertainment dan atas usulan mereka, liriknya diubah menjadi lebih santai tentang seseorang yang tidak kuasa menahan rayuan maut seorang wanita.
Puas dengan lagu Nakal yang membuat adrenalin naik, kini saatnya mengendurkan saraf dengan nomor ballad bertajuk 11 Januari, dimana lagu ini diciptakan oleh Budjana dan liriknya ditulis oleh Armand. Lagu yang easy listening ini mempunyai lirik yang ‘dalam’ sekali tentang sepasang manusia yang ditakdirkan bersama dalam suka maupun duka. Tampilnya string section mengiringi petikan gitar semakin membuat lagu ini semakin apik.
Simak nomor lama ciptaan Thomas, Kembalilah Kasih, lagu yang pernah dibawakan oleh Anggun di album terakhirnya sebelum go international. Kalau Anggun membawakannya dengan gaya hard rock era 90-an kini GIGI mendaurnya menjadi musik yang kalem penuh ratapan kesedihan. Disini Indra Lesmana didaulat mengisi piano.
Lagu dengan tempo agak cepat dapat dinikmati dalam nomor seperti Matikan Cintaku atau Tuk Rasa……Tuk Cinta. Dua lagu ini mempunyai mood elektrik, tapi GIGI mengimplementasikannya dengan gaya akustik. Tak ketinggalan menyeruak nomor vintage bergaya 70’an dalam lagu Percayalah, dimana ada permainan perkusi dari Adjie Rao yang semakin menghidupkan suasana.
Akhirnya PEACE, LOVE ‘N RESPECT tak sekedar album, tapi manifestasi dari energi positif GIGI dalam berkiprah di industri musik tanpa kehilangan identitas diri.
SUMBER ARTIKEL
Read Users' Comments (4)